KESEIMBANGAN MENTAL DAN LINGKUNGAN PERKEMBANGAN KELUARGA DAN KESEIMBANGAN MENTAL
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan terpenting bagi penyesuaian diri individuuntuk dapat hidup layak. Penanaman dasar – dasar terbentuk dalam keluarga untuk kemudianberkembang melalui pengalaman – pengalaman selanjutnya. Keluarga yang sehat akanmembrikan kesempatan pada individu di dalamnya untuk menerima dasar – dasarperkembangan, latihan – latihan sikap dan kebiasaan – kebiasaan baik. Kemesraan keluargamemberikan rasa aman untuk dapat berkembang dengan wajar, menerima pengalaman –pengalaman sosial sebagai bekal kehiduan bersama di dalam masyarakat. Kenyataan lainnyaialah bahwa individu tidak terluput dari pengaruh – pengaru rangsangan lainnya, sehinggamempengaruhi proses penyesuaian diri dalam keluarga.Keidupan keluarga tidak terlepas dari kehidupan masyarakat.
Dalam masyarakat yangsederhana tuntutan sosialnya juga sederhana dengan keluarga. Semua kebutuhan bersamadapat diselesaikan dengan kerjasama, agar dapat mempererat hubungan antar keluarga.Kemajuan perkembangan masyarakat ternyata mengubah berbagai fungsi keluarga yangsemula. Misalnya kemajuan di bidang industri yang sangat pesat, banyak mengambilkebutuhan keluarga dalam memenuhi kebutuhan bersama. Oleh karena itu, kekeluargaanmulai longgar.
Perkembangan dalam pandangan hidup mengenai kepercayaan, pergaulan,dunia pekerjaan, perkawinan, cara – cara hidup sosial, juga mempengaruhi keintimankeluarga. Misalnya suami istri keduanya bekerja untuk mencari nafka bagi keluarga,akibatnya anak kehilangan ibunya. Banyaknya kesibukan yang dilakukan di luar rumah,terutama bagi anak – anak muda telah mengurangi arti rumah keluarga sebagai pertemuanmesra sisi rumah. Fungsi rumah keluarga menjadi pudar. Rumah hanya tempat berteduh,menginap, mengambil makan, kemudian pergi lagi ke tempat lainnya. Bakan makan danminumpun sudah tidak perlu lagi bersama – sama keluarga. Keluarga yang dulu sebagaitempat yang aman dalam perkembangan anak di dalamnya, kini menjadi tempat yang tidakbesar artinya bagi perkembangan anak – anak.
a. Dasar – dasar pengembangan diri di dalam keluarga
Keadaan keluarga lebih dulu ditinjau dari keadaan suami istri yangmengemudikannya. Masing – masing mempunyai peranan yang sama kuatnya untukmenyelenggarakan kesejahtraan hidup keluarga. Oleh karena itu dasar – dasarperkawinan itu sendiri harus kuat untuk memberikan yang baik bagi pembinaankeluarga yang baik. Perkawinan berdasarkan suasana romantis tidak dapat menjaminkehidupan keluarga yang berhasil. Kesesuaian suami istri tergantung kepada latarbelakang masing – masing, dan sikap bagi masa depan mereka. Yang penting ialahadanya kesiapan kemasakan, jasmaniah, rohaniah, dan sosial dari kedua pihak untukmembina keluarga.Oleh karena itu, pemilian tidak boleh sembarangan. Watak, pendidikan, kedewasaan,status sosial, latar belakang asal usulnya, kebiasaan hidupnya, keadaan ekonominya,dll merupakan pertimbangan baik buruknya yang cukup penting.Masa pertunangan : ada yang memandang perlu diadakan sebagai masa untuksaling mengenal lebih dekat, menyesuaikan diri dan lain – lain. Hanya sampaidisini arti dari pertunangan itu, kadang tidak dipahami batasnya sehingga belummenjamin maksud baiknya semula.
Masa sesuda kawin : suami istri harus merupakan ketunggalan, artinya sama –sama bertanggung jawab terhadap keluarganya. Untuk ini harus ada kesediaanmasing – masing untuk memberi dan menerima. Banyak kemungkinan bahwasesudah kawin hubungan mereka semasa bertunangan berubah, ini mungkinkarena dasar – dasar emosional karena mereka mengharapkan hidup perkawinanitu berjalan lancar seperti dalam cerita – cerita yang indah. Perbedaan pendapat,kesukaran – kesukaran yang tidak tratasi, hal – hal di luar dugaan itu semuanyadapat mengubah hubungan yang mesra yang pernah ada.Menurut S.H.DUVALL ada beberapa cara yang dapat dilakukan ketika suami istribertentangan diantaranya :
1. Terimalah pertentangan itu dengan tenang dan tidak usah malu – malu karenaini biasa terjadi. Hadapilah kenyataan itu bersama – sama, karena demikian itusifat manusia.
2. Cobalah usahakan untuk menemukan sebab – sebab perselisihan. Bagaaimanapendapat dan sikapnya, tenanglah dan berkepala dinginlah menerima uraian –uraian dari pihak lainnya.
3. Kemudian telitilah sendiri mengapa hal itu mempengaruhi dirimu.
4. Berdasarkan pengertian terhadap keadaan masing – masing, tentukanlah sikappenyelesaian secara baik – baik. Janganlah ketegangan itu ditunda usahakansecera cari pemecaannya agar tidak mengganggu keadaan lainnya. Kalaubukan masalah yang berat maka janganlah diperberat.
5. Usahakanlah selalu mengindari kemungkinan – kemungkinan terjadinyasituasi yang jelek dan menjaga diri masing – masing
6. Bersikaplah sebaik mungkin di dalam penyelesaian, jangan berusahamenjatuhkan yang lain.
7. Sebarkan dan beralilah waktu yang cukup untuk pemulihan kembali keseuasana normal.
8. Kalau keadaan di luar kemampuan, mulailah seawal mungkin dengan bantuanorang lain yang berwenang dalam persoalannya.
b. Penasehat perkawinanPada waktu dewasa diharapkan dari setiap orang sudah dapat menyelesaikanmasalahnya sendiri. Tetapi di dalam perkawinan persoalan yang sering timbul ialahpersoalan antara suami dan istri. Cara penyelesaiannya harus didasarkan atas keadaanmasing – masingOrang dewasa dapat menemukan keseimbangan mentalnya, namun di dalamperkawinan akan berubah keseimbangannya. Cara menanggulanginya yaitupenerangan atau nasehat – nasehat tentang hidup perkawinan sebelum kawin, itusangat membantu dan diperlukan oleh anak – anak mudah.
Bagaimana implementasikedua orang tua terhadap anaknya akan berdampak terhadap anaknya pada saat telahkawin nantinya.Ada dua segi terhadap kejiwaan suami istri yang sangat perlu dijamin
1. Segi Preventip :Segi Preventip dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah, terutama padatingkat SMA dan Perguruan tinggi. Pembelajarannya berhubungan dengan hidupperkawinan dan pembinaan keluarga seperti biologi, etika pergaulan, sosiologi,pendidikan, kesehatan, pendidikan seks dan lain – lain. Mengenai pendidikan seksini masih belum ada kata sepakat untuk menentukan sejauh mana pendidikan itudiberikan, pengaruh yang baik dan buruk terhadap maksud semula dihubungkandengan usia anak didik. Pendidikan seks merupakan masalah yang lunak, yangmenimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba dari anak – anak. Banyak jugayang beranggapan bahwa pendidikan seks itu adalah tanggung jawab orang tua.
2. Segi Perbaikan :Di beberapa negara, banyak yang telah mendirikan badan penasehat perkawinan.Mula – mula badan usaha ini hanya melalui badan keagamaan saja, dikarenakanbadan ini yang bertugas untuk mengikatkan tali perkawinan. Ternyata tidak semuapersoalan diperkawinan itu hanya bersangkutan dengan keagamaan.Tugas dari badan penasehat perkawinan tentang suami istri yang memintaprtolongan terhadap masalahnya akan diayani mulai dari wawancara tentangkesukaran – kesukaran yang dialaminya, pemeriksaan badan dan pengobatannyadan juga diberi tes mental sampai pada nasehat – nasehat perseoranganberdasarkan dari hasil pemeriksaannya. Di dalam badan ini mempunyai ahli – ahlidi bidang agama, hukum, kesehatan, kejiwaan. Badan perkawinan jugamemberikan penerangan mengenai penerbitan undang – undang perkawinan,undang – undang warisan, undang – undang pencatatan kewarganegaraan, adatistiadat perkawinan berbagai daerah, juga melayani calon – calon mempelai untukmemperoleh penerangan mengenai kehidupan perkawinan yang akan dijalaninya.
c. Sebab – sebab pertentangan di dalam keluargaPergaulan antara beberapa orang menimbulkan suasana sosial. Tergantung terhadapmasing – masing timbul suasana yang menyenangkan atau tidak bagi sebagiananggotanya.
Pertentangan akan terjadi dan berpengaruh kepada sebagian atau seluruhkelompok itu.
1. Pertentangan suami istriPelaku utama dalam keluarga yaitu hal ini, masing masing merupakan kuncikehidupan keluarga. Persoalan yang dipandang bersangkutan antara suami istriialah kehidupan seks, namun banyak yang menyangkut kehidupan keluarga yaitusifat pribadi, salah paham mengenai sikap kurang memperhatikan keadaan satudengan yang lainnya, sikap acuh tak acuh, bertindak sendiri, curiga terhadapkelakuan, tidak menunjukkan kasih sayang, terlalu sering meninggalkan rumahdan banyak hal- hal yang tidak perlu dipersoalkan menjadi perselisihan bila adakesediaan saling mengerti. Hubunan suami istri yang sudah tidak memilikikebersamaan, walau tidak ditunjukkan terhadap anak – anak akan tetap merasakandan terpengaruhi oleh itu. Anak lebih merasa aman apabila kedua orang tuatampak rukun karena keadaan kerukunan itu memancar keluar dan memberikanjaminan kepada anak – anak bahwa mereka adalah pokok perhatian orang tua.Bila terjadi perselisihan suami istri anak akan merasakan perpecahan di dalambatinnya, rasa ketidak amanan ini akan mengganggu keseimbangan mentalnya.
2. Pertentangan orang tua anakPertentangan ini merupakan gejala umum terlebih – lebih jika anak mulai dewasa.Kurang pengertian pihak orang tua terhadap anak yang menginjak dewasa lebihmempersulit keadaan. Misalnya orangtua yang menunjukkan sikap mementingkandirinya, kekanak kanakan, acuh tak acuh, ingin berkuasa teradap anaknya.Walaupun kedudukannya sebagaimana harusnya orangtua, masih mungkintimbulnya pertentangan, mungkin karena peratian orang tua teradap anaknyamasing – masing tidak dapat merasa sama, ada rasa iri, pilih kasih.Oleh karna keidupan dalam keluarga itu merupakan penanaman dasar dasarkepribadian bagi anak anak kemudian. Jika terjadi pertentangan antara orang tuadan anak akan maka orangtualah yang harus besar kesediaannya untuk lebihbijaksana dan membimbing anak agar meredakan situasi yang tidakmenguntungkan itu. Bila orang tua sendiri tidak melihat cara pemecahan yangbijaksana, mungkin karena orang tua itu sendiri termasuk belum mencapaikemasakan sosial yang seat. Keadaan ini akan menemukan kesukaran yang tidakberhenti, sebab anak yang berkembang dalam suasana demikian akan menjadikurang seat cara penyesuaian dirinya kemudian dan akan menimbulkan kesukaranpada keidupan sosialnya.
3. Pertentangan menantu dan mertuaBila seorang suami istri itu sendiri belum memiliki kematangan kedewasaannya,kemungkinan pertentangan diperberat oleh kehadiran mertua yang turut campurtangan. Lebih – lebih bila keduanya masih tinggal bersama orang tua. mertuamerasa berhak terhadap anaknya, menantu merasa berhak terhadap suamiistrinya. Persoalan mertua dan menantu biasanya tidak bersifat mendalam, hanyaberupa kecaman – kecaman terhadap cara hidup keluarga muda yang dipandangjauh dari ideal. Misalnya cara mengasu anak, cara mengatur rumah, dan segalapersoalan prsoalan yang bagi keluarga muda itu dipandang sebagai cara – cara dankebiasaan yang diinginkan berlaku di dalam rumah impiannya.
4. Pertentangan berdasar keadaan ekonomiProblem – problem keluarga yang sering terjadi disebabkan oleh keadaan ekonomiyang kurang sehat, dan masing – masing tidak mampu mengatasinya dengan baik.Materi bukan jaminan ikatan keluarga, tetapi materi merupakan pertentangan juga. Kadang – kadang keadaan ekonomi dalam hubungan dengan hak milik keluargadapat menjadi sebab perselisihan yang mendalam dan lama. Keluarga yang cukupmampu ekonominya dapat mencukupi kebutuhan seharinya. Sedangkan keluargayang kurang ekonominya harus mengadapi kebutuan sehari – harinya denganperjuangan yang gigih. Tidak semua anggota keluarganya dapat menerimakebutuan secara layak dan keadaan ini akan terjadi pertentangan. Soal warisansering menimbulkan akibat yang membahayakan hubungan keluarga yang kurangmampu. Apakah pada keluarga yang kuat ekonominya tidak ada persoalan lagi ? masihbanyak jika dihubungkan dengan materi, dikarenakan kebutuhan seseorang tidakada batasnya. Misalnya pelanggaran hukum seperti korupsi.
5. Keluarga dan cerai beraiKehidupan keluarga yang cerai - berai tidak menjamin kebahagiaan bagi anak –anaknya. Sebab perpecahan keluarga mungkin karena perceraian, perselisihanyang lama dan mendalam, permaduan, ataupun kematian dan keadaan lain yangmemaksa tidak hidup bersama – sama.Keluarga yang pincang ini bisa timbul gangguan keseimbangan bagi anak –anaknya yang hidup di dalamnya. Perceraian total kadang lebih baik bagiperkembangan anak dari pada perselisihan yang terus menerus akan merangsangemosi anaknya.
d. Tanggung jawab sosial keluargaKeluarga adalah inti kehidupan sosial dalam keluarga besar yaitu masyarakat.Tanggung jawab keluarga di dalam membina anggota masyarakat seperti bidangpendidikan dasar bagi tunas – tunas warga masyarakat semasa anak – anak. Kesehatanmasyarakat bergantung pada kesehatan keluarga, apakah dapat dijamin bahwa dalammasyarakat sosial yang tidak mementingkan segi kehidupan keluarga akan dapatmempertahankan kesosialannya secara intim. Karena manusia menginginkankehidupan kekeluargaan untuk mengembangkan perasaan sosialnya.Untuk menjamin dan mempertinggi kehidupan sosial masyarakat, maka inti – intikehidupan keluarga harus dipertinggi pula, misalnya pembinaan keluarga denganperaturan undang – undang perkawinan yang sehat, peraturan perceraian yangmenjamin akibat – akibat negatif bagi anak –anak yang tidak mengetahui bahaya –bahaya perceraian yang mengancam kesejahtraannya.
Bagaiman baiknya tujuan dan maksud sosial itu semua, keluarga merupakan inti danpusat perdamaian dari pada perkembangan – perkembangan ke arah cita – citatersebut. Keluarga merupakan pelaksana dari cita – cita yang luhur itu bagikepentingan keidupan sosial yang luas ini.Suatu kenyataan yang tidak dapat diungkiri oleh siapapun ialah keluarga tidak dapatmembebaskan dirinya dari tugas sosialnya yang utama, yaitu meyerahkan kepada masyarakat bekal – bekal yang akan menjadi bahan baku adanya kehidupan bersama itu sendiri yaitu anak – anak yang dilahirkan oleh suatu keluarga. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan bagaimana beratnya tanggung jawab keluarga yang akan membina keluarga dengan bekal – bekal yang ada padanya. Untuk ini maka pembinaan keluarga tidak mungkin tanpa pertanggung jawaban sosial. Pendidikan juga dapat mempertinggi mutu kehidupan bersama, maka taraf pendidikan keluarga dapat mungkin lebih dulu dipertinggi. Ini akan menaikkan taraf aspirasi keluarga yang kemudian akan mengangkat serta kehidupan sosial yang lebih luas yaitu masyarakat.