SISTEM ENERGI ILMU KEOLAHRAGAAN



Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasaldari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lainuntuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk kontraksiotot. Semua energi yang dipergunakan dalam proses biologi bersumberdari matahari. Fox (1988) membagi enam bentuk energi, yaitu: a.energi kimia; b. energi mekanik; c. energi panas; d. energi sinar; e.energi listrik; dan f. energi nuklir.Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi bahanmakanan tidak dapat secara langsung digunakan untuk proseskontraksi otot atau proses-proses yang lainnya. Energi initerlebih dahulu diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu Adenosine Tri Phosphate (ATP). ATP yang terbentuk kemudiandiangkut ke setiap bagian sel yang memerlukan energi (Mayes, 1985;Fox, 1988). 


Adapun proses biologis yang menggunakan ATP sebagaisumber enereginya antara lain: proses biosintesis, transportasi ion-ionsecara aktif melalui membran sel, kontraksi otot, konduksi saraf dansekresi kelenjar (Mayes, 1985; Fox, 1988).Apabila ATP pecah menjadi Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate inorganic (Pi), maka sejumlah energi akandilepaskan. Energi inilah yang akan gunakan untuk kontraksi ototdan proses-proses biologi lainnya. Fox dan Mathews(1988) menerangkan, bila satu senyawa fospat dilepaskan dari 1 grl.ATP, maka akan keluar energi yang diperkirakan sebesar 7-12 Kcal.Selama kehidupan berjalan, maka fungsi tubuh akanberjalan terus, sehingga proses penyediaan energi dari ATP-punakan berjalan terus (Amstrong, 1979; Mayes, 1985). 

Peranan ATPsebagai sumber energi untuk proses-proses biologi tersebutberlangsung secara mendaur ulang (siklus). ATP terbentuk dari ADP danPi melalui suatu proses fosforilasi yang dirangkaikan denganproses oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya ATP yangterbentuk dialirkan ke proses reaksi biologis yangmembutuhkan energi untuk dihidrolisis menjadi ADP dan Pi sekaligusmelepaskan energi yang dibutuhkan oleh proses biologi tersebut.Demikian seterusnya sehingga terjadi suatu daur ulang ATP - ADPsecara terus menerus. Gugus fospat paling ujung pada molekul ATPdipindahkan ke molekul penerima gugus fospat dan selanjutnya digantikanoleh gugus fospat lainnya dari proses fosforilasi dan oksidasi molekulpenghasil energi (Mays, 1985).


2.2.1 Sistem Energi Otot 
Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yangmembutuhkan energi ATP. Energi tersebut digunakan otot untukkontraksi sehingga menimbulkan gerakan-gerakan sebagai aktivitas fisik.Menurut Fox dan Bowers (1988) ATP paling banyak ditimbun dalam selotot dibandingkan dengan jaringan tubuh lainya, akan tetapi ATP yangtertimbun di dalam sel otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6m M/kg otot. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepatdan berat selama 3 - 8 detik (Katch dan Mc Ardle, 1986). Oleh karenaitu, untuk aktivitas yang relatif lama, perlu segera dibentuk ATP kembali.Proses pembentukan ATP dalam otot secara sederhana dapatdiperoleh melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem ATP - PC (Phosphagen System); 
- ATP ADP + Pi + EnergiATP yang tersedia dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama1-2 detik. 
- CP + ADP C + ATP.ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama6-8 detik.

b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System); 
Glikogen/glukosa + ADP + Pi ATP + Asam laktatATP terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 -120 detik.

c. Sistem Erobic (Aerobic System
dimana sistem ini meliputioksidasin karbohidrat dan lemak.Glikogen + ADP + Pi + O2 CO2 + H2O + ATPATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik dalamwaktu relatif lama.

2.2.2 Sistem Eenergi Predominan Pada Cabang Olahraga 
Aktivitas olahraga pada umumnya tidak hanya secara murnimenggunakan salah satu sistem aerobik atau anaerobiksaja. Sebenarnya yang terjadi adalah menggunakan gabungan sistemaerobik dan anaerobik, akan tetapi porsi kedua sistem tersebut berbedapada setiap cabang olahraga (Fox, dkk. 1988 dan Janssen, 1989). 
Untukcabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggidengan waktu relatif singkat, sistem energi predominannya adalahanaerobik, sedangkan pada cabang olahraga yang menuntut aktivitasfisik dengan intensitas rendah dan berlangsung relatif lama, sistem energipredominannya adalah aerobik.Sebagai gambaran Mc Ardle (1986) bahwa dalam menentukansistem energi predominan adalah sebagai berikut: 
a. SistemATP, waktu kegiatannya 0 - 4 detik, bentuk kegiatannyaberupa kekuatan dan power. Jenis kegiatan pada cabang olahraganyaberupa lompat tinggi, servis tenis, dan sebagainya; 
b. Sistem ATP-PC,waktu kegiatannya 0-10 detik, bentuk kegiatannya berupa power. Jeniskegiatan pada cabang olahraganya berupa lari sprint dan sebagainya; 
c.Sistem ATP-PC dan Asam laktat , waktu kegiatannya 0 - 1,5 menit,bentuk kegiatannya berupa anaerobik power. Jenis kegiatan dalamolahraganya berupa lari cepat, lari 200 meter, dan sebagainya; dan 
d.Sistem Erobik, waktu kegiatannya lebih dari 8 menit, bentuk kegiatannyaberupa aerobik daya tahan. Jenis kegiatan olahraganya berupa lari marathon dan sebagainya. 

Aktivitas olahraga yang menggunakan sistem energi anaerob akanmerangsang sistem energi aerob, hal ini untuk mendukung kelangsungansistem anaerob. Jika sistem aerob tidak mencukupi untuk mendukungaktivitas yang menggunakan sistem anaerob, maka akan menjadipenghambat bagi kegiatan anaerob itu sendiri, berupa penurunanintensitas atau gerakan terhenti. Jadi untuk menentukan apakah sistemenergi predominan pada suatu cabang olahraga dasarnya adalah berapabesar energi yang disediakan dan lama waktu yang diperlukan untukpenampilan pada olahraga tersebut, bukan ditentukan oleh macamnyagerakan saja. 

Sebagai patokan Giriwijoyo (1992) menjelaskan, untukolahraga predominan aerobik apabila 70 % dari seluruh energi untukpenampilannya disediakan secara aerob dan oleh batas waktu minimal 8menit, sedangkan untuk anaerobik apabila 70 % dari seluruh energi untukpenampilan disediakan secara anaerob dan oleh batas waktu maksimal 2menit. 

Pada olahraga sepak bola sistem energi yang digunakan adalahsistem aerobik dan anaerobik. Dilihat dari aktivitas dalam permainansepak bola selama 2 x 45 menit, jelas menggunakan sestem energipredominan aerobik. Dalam permainan 2 x 45 menit terdapat gerakan - gerakan yang ekplosif, baik dengan atau tanpa bola. Gerakan-gerakanekplosif tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan diselingi wakturecovery yang cukup untuk bekerjanya sistem aerobik. Tanpa ditunjangdengan sistem aerobik, maka gerakan-gerakan eksplosif tidak dapatberlangsung dalam waktu relatif lama. Hal ini dikarenakan sistem energiaerobik tidak cukup untuk mengkafer gerakan-gerakan yang bersifatanaerobik, sehingga terjadi penurunan intensitas atau berhenti dulu untukmenunggu suplai energi yang disediakan oleh sistem aerobik. 

Untukgerakan-gerakan yang lainnya, seperti jalan, jogging dan lainya tetapdikafer dengan sistem pembentukan energi aerobik. Besarnya liputansistem energi aerobik terhadap sistem anaerobik ini merupakan dasarpenentuan sistem predominan dalam suatu cabang olahraga. Padacabang olahraga sepak bola, liputan sistem energi aerobik jauh lebihbesar dari pada sistem anaerobik yang tidak dapat diliput, dengandemikian olahraga sepak bola secara komulatif 2 x 45 menitmenggunakan energi predominannya adalah aerobik. 

Pemahaman sistem energi predominan pada cabang olahragasangat penting untuk menentukan secara tepat bentuk latihanyang sesuai agar dapat meningkatkan prestasi atlet (Fox, dkk, 1988).Misalnya untuk cabang olahraga dengan energi predominan anaerobik,bentuk latihan diprioritaskan untuk meningkatkan kapasitas anaerobik.Untuk menentukan sistem energi predominan pada cabang olahragadapat diperkirakan dasarnya pada aktivitas fisik yang dominan danlama waktu yang dibutuhkan pada olahraga tersebut. 

Diketahuinya sistemenergi predominan pada cabang olahraga, akan memudahkan menyusunprogram latihan untuk mencapai prestasi maksimal.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel